Batik sebagai Identitas Daerah, Mahasiswa KKN-TK Unigoro Dukung UMKM Lokal Menembus Pasar Nasional

BOJONEGORO - Dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap industri kreatif lokal, Kelompok 4 Kuliah Kerja Nyata Tematik Kolaboratif (KKN-TK) Universitas Bojonegoro (Unigoro) melaksanakan kunjungan edukatif ke Galeri Batik Latansa di Desa Dander, Kabupaten Bojonegoro, pada Senin (28/7/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari proses produksi batik secara langsung serta memahami dinamika pengelolaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor kerajinan batik khas Bojonegoro. Rombongan mahasiswa diterima oleh Siska Widi Astutik, perwakilan dari tim pemasaran Batik Latansa dan adik dari pemilik galeri, Ibu Eni Kusnuriati.
Dalam wawancara, Siska mengungkapkan bahwa Galeri Batik Latansa berdiri sejak tahun 2008, berawal dari berbagai pelatihan yang diikuti melalui dukungan instansi pemerintah dan swasta.
“Awalnya kami mengikuti pelatihan-pelatihan dari dinas maupun dari Exxon. Dari sana kami mendapat bantuan alat dan bahan, sehingga kami bisa langsung mencoba memproduksi batik sendiri,” tuturnya.
Fokus produksi Batik Latansa adalah pada batik cap, dengan proses pembuatan yang mencakup pengecapan motif, pewarnaan, hingga pelorotan malam (lilin) melalui perebusan.
Peningkatan permintaan batik lokal mulai dirasakan sejak diberlakukannya kebijakan penggunaan batik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada masa kepemimpinan Bupati Kang Yoto. Hal ini menjadi momentum berkembangnya usaha Batik Latansa.
“Orderan pertama kami datang saat musim batik PNS. Dari situ kami mulai serius mengembangkan usaha ini,” jelas Siska.
Tampak papan nama Galeri Batik Latansa sebagai salah satu sentra batik lokal Bojonegoro.
Galeri Batik Latansa kini telah mengikuti berbagai pameran baik di tingkat daerah maupun nasional, termasuk undangan dari Menteri Koperasi dan UKM serta partisipasi dalam ajang Wastra Batik Bojonegoro.
Dalam menjalankan usahanya, Batik Latansa melibatkan tenaga kerja lokal dan terus berinovasi dalam menciptakan motif baru sesuai tren pasar. Promosi dilakukan melalui media sosial seperti Instagram, dan galeri ini juga terbuka bagi kunjungan edukatif dari berbagai institusi pendidikan.
Harga produk batik yang ditawarkan bervariasi antara Rp75.000 hingga Rp200.000, tergantung pada tingkat kerumitan desain dan teknik pengerjaannya.
Tak hanya dikenal di Bojonegoro, Batik Latansa juga telah menerima pesanan dari luar daerah, termasuk Kalimantan. Beberapa motif unggulan seperti “Tenghul Menari” bahkan telah didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk melindungi orisinalitas karya.
“Alhamdulillah, sekarang pesanan kami sudah banyak dari luar Bojonegoro, bahkan sampai Kalimantan. Motif ‘Tenghul Menari’ juga sudah kami HKI-kan sebagai bentuk perlindungan karya kami,” pungkasnya.
Melalui kunjungan ini, mahasiswa memperoleh wawasan nyata mengenai tantangan dan strategi pengembangan UMKM berbasis budaya lokal. Kelompok 4 KKN-TK Unigoro berkomitmen untuk terus mendorong eksistensi UMKM, khususnya batik, sebagai identitas budaya dan potensi ekonomi daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan. (Ily)
Apa Reaksi Anda?






