Kearifan Lokal dan Kolaborasi Awal, Mahasiswa Unigoro Ikuti Prosesi Nimba Patra di Wonocolo

BOJONEGORO , lesanarasi.com - Prosesi Nimba Patra, atau pengambilan minyak secara tradisional, menjadi salah satu kegiatan utama yang tetap dilaksanakan dalam rangkaian Festival Geopark (Festgeo) 2025, meskipun beberapa agenda lain mengalami penundaan. Prosesi yang digelar di Sumur Minyak Alang-alang, Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro pada Kamis (26/6/2025) ini, berlangsung dalam suasana tertib dan sarat makna budaya.
Sebagai salah satu desa yang berada di kawasan Geopark Bojonegoro, Wonocolo dikenal dengan sejarah pertambangan rakyatnya. Tradisi pengambilan minyak menggunakan cara-cara manual yang diwariskan secara turun-temurun ini menjadi daya tarik wisata sekaligus simbol kearifan lokal yang masih dilestarikan hingga kini.
Kegiatan ini turut melibatkan mahasiswa Universitas Bojonegoro (Unigoro) dari Kelompok 11 KKN-TK 2025, yang hadir atas undangan resmi dari Pemerintah Desa Wonocolo. Keterlibatan mahasiswa ini merupakan bentuk partisipasi awal menjelang pelaksanaan program KKN-TK yang akan dimulai pada bulan mendatang. Kehadiran mereka bertujuan untuk mengenal lebih dekat potensi desa, serta membangun komunikasi awal dengan masyarakat yang akan menjadi mitra selama masa pengabdian.
Bagus Dwi Prasetyo, Ketua Kelompok 11 KKN-TK 2025 Unigoro, menyampaikan bahwa keterlibatan dalam kegiatan ini menjadi pengalaman awal yang sangat bermanfaat bagi timnya.
“Kami banyak belajar, mulai dari kepemimpinan, pengelolaan waktu, hingga bagaimana membangun hubungan dengan berbagai karakter. Meskipun baru pra-KKN, kegiatan ini memberi kami gambaran nyata tentang dinamika masyarakat yang akan kami dampingi nanti,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan prosesi pengambilan minyak berlangsung dari pukul 09.30 hingga 11.00 WIB, dengan respons masyarakat yang sangat positif.
“Warga merasa bangga karena desanya kembali menjadi sorotan dalam Festival Geopark. Antusiasme mereka sangat tinggi dan suasana kegiatan pun berjalan dengan kondusif,” tambahnya.
Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah pihak, antara lain Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, Pemerintah Desa Wonocolo, Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), serta tokoh agama dan masyarakat setempat. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat citra Wonocolo sebagai destinasi wisata edukatif berbasis geologi dan budaya.
Sebagai bagian dari Universitas Bojonegoro (Unigoro), Bagus juga menyampaikan harapan terhadap keberlanjutan kontribusi mahasiswa di masa mendatang. “Saya berharap kelompok KKN selanjutnya bisa melanjutkan semangat kolaboratif ini, membawa inovasi yang bermanfaat, dan turut mendukung pengembangan Wonocolo sebagai desa wisata yang berdaya saing tinggi,” pungkasnya. (lug/alf)
Apa Reaksi Anda?






