Festival Usai, Gema Kolaborasi Tak Padam! Musik, Sastra, dan Ekosistem Literasi di Bojonegoro Communal Fest 2025

BOJONEGORO, lensanarasi.com – Bojonegoro Communal Fest 2025 resmi berakhir setelah empat hari penuh dengan berbagai kegiatan kreatif dan kolaboratif yang menggugah semangat komunitas. Hari keempat festival yang berlangsung di Kedai Rimpang menjadi puncak acara dengan menghadirkan rangkaian kegiatan yang memperkuat ekosistem literasi dan kebersamaan di kalangan anak muda Bojonegoro.(3/15/2025)
Sore hari dimulai dengan sesi Ngabuburit Jamming bersama Disident Quality dari UKM Nutasi Unugiri. Alunan musik akustik yang dibawakan menciptakan suasana santai dan menyenangkan, menemani pengunjung dalam menunggu waktu berbuka puasa. Interaksi antara musisi dan penonton semakin mempererat hubungan antar komunitas yang hadir, menjadikan sesi ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga wadah bagi para kreator untuk berbagi energi positif dan inspirasi.
Menjelang malam, suasana festival semakin semarak dengan talkshow bedah buku Ratu Adil: Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik karya Sindhunata. Mengangkat tema Ekosistem Literasi, diskusi ini menghadirkan narasumber dari berbagai komunitas literasi di Bojonegoro, yakni Gus Durian, Perpustakaan Buku Jenggala, Baca Bojonegoro, serta UKM P2J Unigoro. Acara yang dimoderatori oleh Sahra Dwi Irma Rosida ini menarik perhatian banyak pecinta literasi dan diskusi intelektual, yang ingin menggali lebih dalam tentang konsep Ratu Adil dalam ramalan Jayabaya dan bagaimana relevansinya dalam konteks sejarah serta kondisi sosial saat ini.
Dalam diskusi, Miko dari UKM P2J Unigoro menegaskan pentingnya literasi dalam memahami konteks sejarah dan budaya di balik ramalan Jayabaya. Menurutnya, pemahaman mendalam terhadap literasi sejarah memungkinkan masyarakat untuk tidak hanya melihat mitos sebagai cerita masa lalu, tetapi juga menghubungkannya dengan realitas yang terjadi di masa kini. Ia menekankan bahwa literasi yang kuat akan membentuk masyarakat yang lebih kritis dan tidak mudah terjebak dalam narasi yang menyesatkan.
Sebagai penutup acara, Ketua Pelaksana Bojonegoro Communal Fest 2025 menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh komunitas, kolaborator, dan media partner yang telah mendukung jalannya festival selama empat hari. Ia berharap acara ini dapat kembali digelar dengan skala yang lebih besar, melibatkan lebih banyak komunitas, serta semakin memperkuat sinergi antar kreator dan pelaku komunitas di Bojonegoro. Menurutnya, festival ini bukan hanya tentang merayakan kreativitas, tetapi juga menjadi wadah bagi anak muda Bojonegoro untuk membangun ekosistem kolaboratif yang berdampak luas.
Selain menghadirkan beragam acara inspiratif, Bojonegoro Communal Fest juga memberikan dampak sosial yang nyata bagi lingkungan sekitar. Selama festival berlangsung, pihak penyelenggara bersama komunitas yang terlibat menggalang donasi untuk membantu memakmurkan mushola-mushola di sekitar lokasi acara. Inisiatif ini menjadi bentuk kepedulian sosial yang sejalan dengan semangat kebersamaan yang diusung dalam festival ini.
Dengan mengusung slogan Bersama, Berkarya, Berdampak, Bojonegoro Communal Fest diharapkan terus berkembang dan menjadi ajang yang lebih besar di masa mendatang. Semangat kolaborasi yang terjalin selama festival ini menjadi bukti bahwa komunitas memiliki peran penting dalam membangun Bojonegoro yang lebih maju dan berdaya saing.[shr/lug]