Cegah DBD dan Chikungunya: UKM P2J dan Puskesmas Temayang gelar Sosialisasi di Bakulan
BOJONEGORO, lensanarasi.com – Dalam upaya mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya, Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian, Pengabdian dan Jurnalistik (UKM P2J) Universitas Bojonegoro (Unigoro) bekerja sama dengan Puskesmas Temayang menggelar sosialisasi di Desa Bakulan, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan ini diadakan sebagai respons terhadap meningkatnya kasus DBD serta ditemukannya kasus Chikungunya di beberapa warga, khususnya di Dusun Kedungbedug. (13/02/2025)
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk untuk mencegah penyebaran penyakit, UKM P2J berkolaborasi dengan Puskesmas Temayang menggelar sosialisasi di Desa Bakulan. Warga diberikan edukasi mengenai metode 3M Plus, yaitu Menguras tempat penampungan air, Menutup rapat wadah yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk, dan Mengubur barang bekas yang berpotensi menampung air hujan. Selain itu, warga didorong untuk menerapkan langkah tambahan seperti penggunaan obat anti nyamuk, larvasida, serta pemanfaatan ikan pemakan jentik di bak penampungan air. Melalui sosialisasi ini, diharapkan masyarakat lebih waspada dan aktif dalam mencegah penyebaran penyakit DBD dan Chikungunya
Erwin, salah satu petugas kesehatan dari Puskesmas, menjelaskan bahwa saat ini ada tiga penyakit yang mengancam masyarakat, termasuk Chikungunya yang tengah merebak.
"Penyakit Chikungunya memiliki gejala mirip dengan DBD, seperti demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, nyeri sendi dan otot, serta munculnya bintik merah di kulit, terutama di badan dan lengan," jelas Erwin.
Erwin menambahkan bahwa Chikungunya memiliki perbedaan mendasar dengan DBD. "Pada Chikungunya, tidak terjadi pendarahan hebat, syok (shock), atau kematian, seperti yang dapat terjadi pada DBD. Masa inkubasi Chikungunya berlangsung sekitar dua hingga empat hari, sedangkan gejalanya dapat bertahan antara tiga hingga sepuluh hari," tambahnya.
Kegiatan ini mendapatkan sambutan positif dari warga, yang aktif berpartisipasi dalam sesi tanya jawab. Salah satu peserta, Martutik, anggota PKK yang pernah terjangkit Chikungunya, menanyakan tentang efek jangka panjang penyakit tersebut.
"Mengapa efek Chikungunya belum hilang setelah tiga bulan?" tanyanya. Menanggapi hal itu, Erwin menjelaskan bahwa pemulihan dari Chikungunya memang bervariasi pada setiap individu.
"Efek Chikungunya tidak bisa dipastikan kapan benar-benar hilang, bahkan dalam beberapa kasus, nyeri sendi bisa bertahan hingga bertahun-tahun," ungkapnya.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari warga. Rumiyati, salah satu warga Dusun Kedungbedug, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari sosialisasi tersebut. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, sebab dapat menambah wawasan tentang DBD dan Chikungunya, cara pencegahan, serta penanganan jika muncul gejala DBD.
Jelita, petugas kesehatan dari Puskesmas Temayang, berharap sosialisasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Melalui sosialisasi ini, diharapkan masyarakat dapat mengimplementasikan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga upaya pencegahan DBD dan Chikungunya dapat berjalan lebih efektif. (mfa/shr)
Apa Reaksi Anda?
Suka
0
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0

